Tuesday, November 25, 2008

rumah dipinggir sungai

serasa dingin menyeruai tulang.
pada ceritamu tengah malam.

laki-laki semua sama, aku setuju.
omong kosong tentang cinta.
munafik pada kesetiaan.

ada rasa dimana aku begitu teduh.
dirumah dipinggir sungai.

berharap kita bersama dihari senja.
mencium pipi tembemmu yang sudah keriput.
dan rambut indahmu yang sudah menuban.

dan kmu msh bingung dengan konsepsiku.
kurang operasionalkah perasaanku?

tentang harapanku berkebun denganmu.
tentang hasrat jiwaku.

aku hanya percaya bukan cinta segalanya.
membuatmu tertawa adalah segalanya bagiku.

Sunday, November 16, 2008

seperti aku yg tak percaya cinta..

Disamping kanan lambung kapal terlihat banyak perahu ikan berlalu lalang. cuaca seperti ini memang waktu yang tepat untuk mencari ikan.apalagi malam ini sepertinya akan bulan purnama."ahh.. sudah beberapa bulan purnama aku tak kembali ke rumah?"

aroma asin tercampur solar membuat perutku mual apalagi ditambah dengan alun ombak.kadang aku berpikir aku sebenarnya tidak ditakdirkan menjadi pelaut.aku benci laut, membosankan, sendirian dan membuatku ketakutan.tetapi menjadi petani tidak juga lebih baik.tidak sanggup aku menjadi budak tuan tanah. setidaknya dilaut aku menjadi tuan atas diriku.

beberapa menit lagi kapal akan bergerak menjauhi dermaga. kuli pelabuhan mulai melepas tali tross setelah sebuah tug boat mendekati kapalku.aku bersiap dianjungan serta memberikan aba-aba pada mualim untuk berjaga diposisinya.mesin sudah siaga sejak lama dan bergerak perlahan. tali spring buritan sudah terlepas.kapalku olah gerak menjelang sore meninggalkan alur sungai pakning.

selalu saja ada yg membuatku rindu rumah saat kapal mulai bergerak menjauh dari pelabuhan.cerobong asap mesin kapal mengingatkanku akan dapur ibuku yg hitam. menjelang tengah malam ibuku sudah menyalakan tungku untuk memasak nasi yang akan dijajakan pada pagi hari.semangat hidupnya yang memberiku harapan melewati kesakitan dan rasa ketakutanku."ohh ibu.. aku pasti pulang.. sebentar saja aku akan dirumah.. kita akan berbicara tentang apa saja..melewati sore dengan dingin hujan.. tentu saja tak terasa dingin.. karena ibu membuatku hangat."

sebelum kapal berangkat sempat aku bertengkar dengan seorang kelasi."Capt., saya ingin turun sekarang juga..istriku selingkuh.. saya tidak bisa berdiam disini ketika istriku tidur dengan laki-laki lain..apapun yang terjadi saya harus turun.. saya harus BUNUH lelaki itu.. laki-laki tidak bisa dihianati.."

sang kelasi membuatku iba, tapi aku tidak bisa ikut larut dalam perasaan ini. aku tahu jika aku jadi dia, aku akan lebih emosional. aku hanya berkata, "disini saya tidak memberi kamu hak untuk turun.. saya adalah wakil perusahaan.. tapi sebagai laki-laki, saya mengerti perasaanmu. kamu harus ikuti aturan main.saya akan minta ijin perusahaan untuk memberimu ijin turun tetapi tidak pada trip ini."

sang kelasi tetap berkeras, "tidak bisa capt., saya harus turun hari ini juga.. aku tidak bisa membawa kesedihan dan kesakitan ini melewati lautan lepas..rasanya waktu berhenti.. semua hanya biru.. aku tidak sanggup."

sepertinya tidak bisa kutahan dia, "yasudah jika memang itu yang terbaik untuk hidupmu.. hanya saya ingin katakan bahwa kamu tidak sendiri.. banyak laki-laki sepertimu.. termasuk saya."
"capt., seperti aku?" katanya.
"iya.. hingga saat ini aku merasakan pedihnya.. sampai saat ini sakitnya merasuki tulang-tulangku..ombak sebesar tsunami pun tak bisa dibandikan dengan hatiku yang berkecamuk saat itu..hingga aku berpikir bahwa memang cinta itu omong kosong.. sudah lah.. cinta yang membuatmu seperti ini..kau lupakan saja cinta.. nanti kau akan lupa kesakitan itu.. kita tidak butuh cinta.. jika kau kesepian setelah berlayar, pergi saja ke bar disana kau akan tahu bahwa perempuan memang murahan.."

"dahulu cinta adalah segalanya.. sejuk, nyaman dan harapan.. sekarang cinta adalah sampah..aku lebih memilih berlayar, menjauhi daratan, bertemu biru tanpa batas dan menyendiri."
"semakin aku ingat semakin terasa sakitnya.. hingga aku memutuskan untuk melupakan 'dia'"
"'dia' dapat kugantikan dengan desir lirih angin dan alunan arus air."
"percayalah kamu bisa hidup tanpa cinta." ujarku.

sang kelasi hanya diam berjalan menjauh kehaluan, mungkin berpikir betapa hidup begitu nestapa.dia merenung menatap dalam-dalam dingin air. sedingin hatinya yang sedih.dan hari ini dia percaya bahwa hidup merupakan misteri tanpa akhir tak seperti keinginannya.

-r. alighieri-6/11/8
seperti hatiku yang tak percaya cinta.